Selasa, 15 November 2016

MINANGA ( MALAYU ) - SRIWIJAYA - CINA DI ABAD KE 7 MASEHI

MINANGA ( MALAYU ) - SRIWIJAYA - CINA DI ABAD KE 7 MASEHI

perkembangan kerajaan - kerajaan di nusantara selama tenggelamnya ke kaisaran cina begitu banyak dan hampir merata di seluruh nusantara, perdagangan pun kian membaik, perdagangan yang di dominasi oleh para pedagang dari minanga ( maladju - malaju - molouyu - melayu - malaya ) juga pedagang dari malayu sriwijaya memenuhi perairan laut di kawasan cina selatan, selat malaka, sehingga kawasan india, dimana mereka membawa informasi - informasi penting dan juga menyebarkan agama, juga telah terjadi percampuran ras dan suku yang kemudian menjadikan dinamika baru di nusantara, lahirnya suku - suku baru juga berpengaruh akan pertumbuhan kerajaan - kerajaan baru yang ada di nusantara yang bersumber dari suku bangsa malayu.

bersamaan dengan berdirinya kerajaan SRIWIJAYA di ABAD ke 6 MASEHI,
di selatan sumatera sekarang, dimana saat itu masih tersambungya pulau jawa dan sumatera. berdiri kerajaan AGNI atau kerajaan api yang letaknya di kawasan GUNUNG KRAKATAU sekarang ini.

BERDIRI JUGA KERAJAAN SALAKA NAGARA yang menjadikan nenek moyang bagi SUKU BANGSA SUNDA
Pendiri Salakanagara, Dewawarman adalah duta keliling, pedagang sekaligus perantau dari Pallawa, Bharata (India) yang akhirnya menetap karena menikah dengan puteri penghulu setempat, sedangkan pendiri Tarumanagara adalah Maharesi Jayasingawarman, pengungsi dari wilayah Calankayana, Bharata karena daerahnya dikuasai oleh kerajaan lain. Sementara Kutai didirikan oleh pengungsi dari Magada, Bharata setelah daerahnya juga dikuasai oleh kerajaan lain.
Tokoh awal yang berkuasa di sini adalah Aki Tirem. Konon, kota inilah yang disebut Argyre oleh Ptolemeus dalam tahun 150, terletak di daerah Teluk Lada Pandeglang. Adalah Aki Tirem, penghulu atau penguasa kampung setempat yang akhirnya menjadi mertua Dewawarman ketika puteri Sang Aki Luhur Mulya bernama Dewi Pwahaci Larasati diperisteri oleh Dewawarman. Hal ini membuat semua pengikut dan pasukan Dewawarman menikah dengan wanita setempat dan tak ingin kembali ke kampung halamannya.
Ketika Aki Tirem meninggal, Dewawarman menerima tongkat kekuasaan. Tahun 130 Masehi ia kemudian mendirikan sebuah kerajaan dengan nama Salakanagara (Negeri Perak) beribukota di Rajatapura. Ia menjadi raja pertama dengan gelar Prabu Darmalokapala Dewawarman Aji Raksa Gapura Sagara. Beberapa kerajaan kecil di sekitarnya menjadi daerah kekuasaannya, antara lain Kerajaan Agnynusa (Negeri Api) yang berada di Pulau Krakatau.
Rajatapura adalah ibukota Salakanagara yang hingga tahun 362 menjadi pusat pemerintahan Raja-Raja Dewawarman (dari Dewawarman I - VIII). Salakanagara berdiri hanya selama 232 tahun, tepatnya dari tahun 130 Masehi hingga tahun 362 Masehi. Raja Dewawarman I sendiri hanya berkuasa selama 38 tahun dan digantikan anaknya yang menjadi Raja Dewawarman II dengan gelar Prabu Digwijayakasa Dewawarmanputra. Prabu Dharmawirya tercatat sebagai Raja Dewawarman VIII atau raja Salakanagara terakhir hingga tahun 363 karena sejak itu Salakanagara telah menjadi kerajaan yang berada di bawah kekuasaan Tarumanagara yang didirikan tahun 358 Masehi oleh Maharesi yang berasal dari Calankayana, India bernama Jayasinghawarman. Pada masa kekuasaan Dewawarman VIII, keadaan ekonomi penduduknya sangat baik, makmur dan sentosa, sedangkan kehidupan beragama sangat harmonis.
Sementara Jayasinghawarman pendiri Tarumanagara adalah menantu Raja Dewawarman VIII. Ia sendiri seorang Maharesi dari Calankayana di India yang mengungsi ke Nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan Maharaja Samudragupta dari Kerajaan Maurya.
Di kemudian hari setelah Jayasinghawarman mendirikan Tarumanagara, pusat pemerintahan beralih dari Rajatapura ke Tarumanagara. Salakanagara kemudian berubah menjadi Kerajaan Daerah.
Memang banyak para ahli yang masih memperdebatkan masalah institusi kerajaan sebelum Tarumanegara melalui berbagai sumber sejarah seperti berita Cina dan bangsa Eropa atau naskah-naskah Kuna. Claudius Ptolemaeus, seorang ahli bumi masa Yunani Kuno menyebutkan sebuah negeri bernama Argyrè yang terletak di wilayah Timur Jauh. Negeri ini terletak di ujung barat Pulau Iabodio yang selalu dikaitkan dengan Yawadwipa yang kemudian diasumsikan sebagai Jawa. Argyrè sendiri berarti perak yang kemudian ”diterjemahkan” oleh para ahli sebagai Merak.
Kemudian sebuah berita Cina yang berasal dari tahun 132 Mmenyebutkan wilayah Ye-tiao  yang sering diartikan sebagai Yawadwipa dengan rajanya Pien yang merupakan lafal Cina dari bahasa Sangsakerta Dewawarman. Namun tidak ada bukti lain yang dapat mengungkap kebenaran dari dua berita asing tersebut.

dari salaka nagara kemudian menyusul kerajaan TARUMA NAGARA di abad ke 3 masehi dan mulai di kenal di abad ke 4 MASEHI. sebagai sebuah kerajaan besar di kawasan jawa  atau jaba ( luar ).

di kalimantan telah tumbuh pula sebuah kerajaan bernama KUTAI 
Kutai Martadipura adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti sejarah tertua. Berdiri sekitar abad ke-4. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam.[2][3] Nama Kutai diberikan oleh para ahli mengambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang menunjukkan eksistensi kerajaan tersebut. Tidak ada prasasti yang secara jelas menyebutkan nama kerajaan ini dan memang sangat sedikit informasi yang dapat diperoleh. ( di copy dari wikipedia )

kekuasaan dari KERAJAAN SRIWIJAYA dimasa itu dengan pengaruh BUDHA nya begitu kuat menguasai kawasan nusantara, pengaruhnya hingga di kawasan thailand, siam dan india, dan para prajurit lautnya adalah yang paling di takuti di kawasan asia masa itu.
dan banyak para sastrawan, biksu dan utusan - utusan dari kerajaan - kerajaan lain memasuki kawasan nusantara hanya untuk belajar, bagaimana kerajaan sriwijaya mengembangkan kerajaannya.
dimana dengan ke adaan tenang dan damai, kerajaan sriwijaya telah mampu melahirkan banyak ide - ide pemerintahan dan pendidikan, majunya perdagangan, pertanian dan juga kesusastraan serta agama.. membuat kerajaan sriwijaya makin masyur masa itu.

berbeda dengan KERAJAAN MINANGA yang dengan ketenangan nya berada di kawasan pedalaman SUMATERA / PULAU PERCA / SWARNABHUMI lebih dapat bertahan dengan kebudayaan hindunya, walaupun sebagian dari kerajaan - kerajaan kecil di pesisir telah banyak terpengaruh dengan agama budha, tetapi mereka masih setia dengan kerajaan MINANGA.

sementara itu DINASTI TANG di cina telah berhasil menyatukan CINA yang sebelumnya terpecah belah, di bawah kekaisaran TAIZONG cina kembali memperbaiki diri dari kondisi buruk selama ber abad - abad lamanya. lihat di dinasti TANG
dengan kondisi di abad ke 7 ini membuat para pedagang arab dan parsi sedikit kesulitan berdagang di kawasan nusantara yang di dominasi pedagang ber agama budha.

sehingga sebuah percobaan penyerangan ke kerajaan SRIWIJAYA yang di lakukan oleh KERAJAAN COLOMANDEL dari india yang ber agama hindu, tidak berhasil mengalahkan SRIWIJAYA masa itu.


Minggu, 13 November 2016

KERAJAAN MINANGA SEPENINGGAL DA PUNTA HYANG ABAD KE 6 MASEHI

KERAJAAN MINANGA SEPENINGGAL DA PUNTA HYANG ABAD KE 6 MASEHI

sepeninggal DA PUNTA HYANG ATAU SRI JAYA NACA putra penguasa di kerajaan MINANGA yang bernama SRI JAYA NAGA. berada pada zaman ke emasannya. dimana pada masa itu tiada peperangan yang hebat. rakyat hidup makmur, tenang dan tentram, di situlah para datuk datuk dan raja - raja menyusun undang - undang dan mengembangkan perniagaannya.

para suku bangsa minanga atau lebih di kenal suku bangsa melayu = meladju.. telah berhasil berdagang hingga hindia dan timur tengah. mereka pulang kembali dengan berbagai barang dagangan yang baru dan juga informasi - informasi baru

dimana mereka sudah mulai mengenal sebuah agama baru yaitu ISLAM.. yang telah lahir di negeri ARAB.
dan sebagian dari mereka telah ada yang memeluk islam.

selama kurun waktu 1 abad kerajaan MINANGA tenang dan damai.

Lokasi kerajaan MINANGA TAMWAN

Ada beberapa pendapat sejarawan mengenai lokasi Minanga. Poerbatjaraka dan Soekmono berpendapat bahwa Minanga terletak di hulu Sungai Kampar, tepatnya dipertemuan Sungai Kampar Kanan dan Kampar Kiri.[4] Poerbatjaraka juga mengatakan bahwa kata Minangatamwan merupakan nama lama dari Minangkabau.[5] Dr. Buchari mengemukakan bahwa Minanga berada di hulu Batang Kuantan.[6] Sedangkan Slamet Muljana menyatakan bahwa Minanga berada di hulu Sungai Batanghari.


kembali ke  sejarah cina, setelah kehancuran kekaisaran cina dan cina terbagi menjadi 3 negara,
kerajaan cina yang terkenal sebagai kerajaan perang, tidak lagi mampu melakukan peperangan keluar negara. mereka sibuk berperang sesama mereka.
dan akhirnya dinasti JIN berhasil menyatukan 3 negara tersebut kembali.
dan semasa dinasti JIN berkuasa, telah terjadi perkawinan yang sangat besar antara penguasa kerajaan MINANGA dengan DINASTI JIN masa itu, dan telah melahirkan seorang putra yang mendirikan sebuah kerajaan yang sangat besar yaitu SRIWIJAYA.

setelah bergantinya dinasti JIN di awal abad ke 7 di tanah nusantara telah banyak bermunculan kerajaan - kerajaan baru

sementara di cina, dinasti tang menjadi penguasa baru
Dinasti Tang (Tionghoa: ; Pinyin: Táng Cháo; Wade–Giles: T'ang Ch'ao; pertama 618–690 & kedua 705–907), dalam romanisasi Wade-Giles ditulis Dinasti T‘ang, adalah salah satu dinasti Tiongkok yang menggantikan Dinasti Sui dan mendahului periode Lima Dinasti dan Sepuluh Kerajaan. Dinasti ini didirikan oleh keluarga Li (李), yang mengambil alih kekuasaan pada masa kemunduran dan keruntuhan Sui. Keberlangsungan dinasti ini sempat terganggu saat Maharani Wu Zetian mengambil alih tahta dan memproklamirkan berdirinya dinasti Zhou Kedua (690–705), dan menjadi satu-satunya kaisar perempuan dalam sejarah Tiongkok.
Dinasti Tang, dengan ibukota di Chang'an (kini Xi'an) yang saat itu merupakan kota terpadat di dunia, dianggap sebagai salah satu titik tertinggi dalam sejarah Tiongkok: sebuah zaman keemasan budaya kosmopolitan. Luas wilayahnya, yang diperoleh melalui kampanye militer penguasa-penguasa awalnya, menyaingi luas dinasti Han. Berdasarkan dua sensus pada abad ke-7 dan abad ke-8, catatan-catatan Tang memperkirakan jumlah penduduk sekitar 50 juta jiwa.[2][3] Pada abad ke-9, karena pemerintah pusat sedang mengalami kejatuhan dan tidak dapat mengadakan sensus yang akurat, diperkirakan jumlah penduduk Tang tercatat sekitar 80 juta jiwa.[4][5][a] Dengan jumlah penduduk yang besar, dinasti ini dapat mengumpulkan para ahli dan ratusan ribu tentara untuk melawan kekuatan-kekuatan nomaden yang mendominasi Asia Dalam dan Jalur Sutra. Berbagai kerajaan dan negara membayar upeti kepada Tang, sementara Tang juga menaklukkan atau menundukkan beberapa wilayah yang dikendalikan secara tidak langsung melalui sistem protektorat. Selain hegemoni politik, pengaruh budaya Tang juga terasa kuat di negara-negara tetangga seperti Korea, Jepang, dan Vietnam.
Periode Tang pada umumnya merupakan periode kemajuan dan stabilitas, kecuali saat Pemberontakan An Lushan dan kemunduran otoritas pusat pada masa akhir dinasti ini. Seperti Dinasti Sui, Dinasti Tang memiliki sistem perekrutan pegawai negeri melalui ujian masuk standar. Tatanan ini terganggu oleh kemunculan gubernur-gubernur militer regional yang disebut jiedushi pada abad ke-9. Sementara itu, budaya Tiongkok berkembang dan semakin matang pada masa Tang; masa ini juga dianggap sebagai masa terbesar untuk puisi Tiongkok.[6] Dua dari penyair terkenal Tiongkok, Li Bai dan Du Fu, berasal dari masa ini, dan juga berbagai pelukis terkenal seperti Han Gan, Zhang Xuan, dan Zhou Fang. Selain itu, terdapat berbagai sastra sejarah yang disusun oleh para ahli, dan juga ensiklopedia dan karya geografi.
Terdapat berbagai inovasi penting pada masa Dinasti Tang, seperti perkembangan percetakan blok kayu. Buddhisme pada masa ini berpengaruh besar terhadap budaya Tiongkok, dan sekte-sekte Buddhisme Tiongkok terus berkembang. Namun, Buddhisme nantinya akan ditindas oleh negara, sehingga pengaruhnya menurun. Meskipun dinasti dan pemerintah pusat mengalami kemunduran pada abad ke-9, seni dan budaya tetap berkembang. Walaupun pemerintah pusat yang melemah tidak lagi dapat mengatur ekonomi, perdagangan masih tetap berjalan.


Senin, 09 Mei 2016

SRIWIJAYA NEGARA BAHARI

SRIWIJAYA NEGARA BAHARI

dari beberapa literatur dan informasi, kerajaan sriwijaya menjadi satu satunya kerajaan yang paling masyur di abad ke 6 hingga ke 7 masehi di nusantara, ia berjaya menaklukan dan menyatukan kerajaan - kerajaan di jawa dan sumatera serta kalimantan masa itu, begitu juga hingga ke sulawesi dan sulu serta kerajaan kecil di daerah timur




kekuatannya terletak pada tentara lautnya yang gagah berani, di dukung oleh tentara - tentara yang berasala dari tanah melayu / moloyu / malaju, menguasai posisi strategis di selat malaka, perairan laut jawa, selat sunda pantai barat sumatera, hingga ke laut cina selatan







kejayaannya di tanah sumatera berkibar hingga abad ke 8 masehi dimana di tandai dengan di pindahkannya pusat pemerintahan ke jawa tengah, menggantikan kekuasaan dinasti sanjaya dengan DINASTI SAYLENDRA pada masa pemerintahan SRI MAHARAJA pada tahun 775 M, setelah ia berhasil menaklukan kamboja


Jumat, 29 April 2016

KERAJAAN SRIWIJAYA - MASA KEEMASAN

KERAJAAN SRIWIJAYA DI MASA KE EMASAN

mari kita mulai mengenal raja raja di kerajaan sriwijaya dari awal hingga ke hancurannya.
  1. Dapunta Hyang Sri Jayanasa
  2. Sri Indravarman
  3. Rudra Vikraman
  4. Maharaja WisnuDharmmatunggadewa     
  5. Dharanindra Sanggramadhananjaya
  6. Samaragrawira
  7. Samaratungga
  8. Balaputradewa
  9. Sri UdayadityavarmanSe-li-hou-ta-hia-li-tan
  10. Hie-tche (Haji)
  11. Sri CudamanivarmadevaSe-li-chu-la-wu-ni-fu-ma-tian-hwa
  12. Sri MaravijayottunggaSe-li-ma-la-pi
  13. Sumatrabhumi
  14. Sangramavijayottungga
  15. Rajendra Dewa KulottunggaTi-hua-ka-lo
  16. Rajendra II
  17. Rajendra III
  18. Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa
  19. Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa
  20. Srimat Sri Udayadityawarma Pratapaparakrama Rajendra Maulimali Warmadewa.

di awal pendirian kerajaan sriwijaya,
sri jaya nasa ( JAYA NACA ) putra dari sri jayanaga penguasa kerajaan MINANGA TAMWAN, dengan di hadiahi 20.000 tentara / pengawal ia di dampingi seorang penasehat yang sangat bijaksana PHU / MPHU HYANG BATARA yang ber agama hindu namun sangat menyayangi dirinya, memberi nasihat agar dirinya memulai perjalanan sepiritual terlebih dahulu dengan menuju CANDI MUARA TAKUS, untuk meminta ijin kepada para leluhur budha sebagai kepercayaan san jaya nasa, maka berangkatlah mereka menuju CANDI MUARA TAKUS di daerah kampar dari istana kerajaan MINANGA TAMWAN, yang ebrada di daerah MUARO JAMBI di daerah BANGKO sekarang ini, 

ada sekitar 10 tahun sri jayanasa di muara takus memperdalam ilmu bathin dan ilmu tentang ketata negaraan yang mereka pelajari dari biksu biksu budha yang bertapa di muara takus.
untuk menghormati keberadaan candi tersebut, sang jaya nasa kemudian mendirikan istana kerajaannya, dan memulai sebuah pemerintahan kecil di sana, karena pada saat itu kawasan candi muara takus bukan wilayah kekuasaan minanga tamwan, namun setelah 10 tahun berselang ia merasa ibu kota kerajaannya tidak bisa berkembang karena lalu lintas perdagangan begitu jauh, kemudian sri jaya nasa yang kemudian mendapatkan gelar MPU HYANG JAYANASA atau DAMPU / DOMPU TA HYANG JAYA NASA. 
maka berangkatlah ia menuju GUNUNG MAHAMERU / MARAPI untuk mengunjungi MAMAKnya DATUK TEMENGGUNG 2 dan DATUK PERPATIH 2 meohon ijin untuk perjalanan selanjutnya. di tengah perjalanan mereka beristirahat dan mendirikan sebuah WIHARA / BIHARA yang nantinya tempat ini di kenal sebagai BIARO / BIARA / BIHARA. berada di daerah agam berdekatan dengan bukittinggi.

setelah mendapatkan restu ia menyusuri kembali kota asalnya dan berpamitan kembali kepada ayah bundanya yang berada di MINANGA TAMWAN, dan melanjutkan perjalanan menuju ke pantai TIMUR. 
mpu hyang BATARA memberinya nasehat untuk memasuki sebuah aliran sungai yang sangat besar dan dalam yaitu SUNGAI MUSI di daerah palembang, dan di sana pasukannya di hadang oleh beberapa perampok yang kemudian mereka takluk dan tunduk dengan DA PUNTA HYANG untuk menjadi pengikutnya. 

akhirnya mereka menemukan sebuah tanah yang cukup tinggi seperti mengapung terlihat dari jauh atau di sebut juga SIGUNTANG, suatu tanjung yang berada di tepian sungai MUSI, akhirnya SRI JAYA NASA menetapkan untuk ber istirahat di sana dan mendirikan camp untuk para prajuritnya, lambat laun tempat itu menjadi sangat ramai, lalu lintas sungai menjadi lancar karena para perampok tidak lagi melakukan ke jahatan, sehingga tempat baru itu menjadi persinggahan para pedagang yang di kenal dengan bangsa MELADJU yang nantinya di kenal sebagai bangsa MELAYU. dengan kondisi itu, SRI JAYA NASA sang DAPUNTA HYANG membangun kota dan ibu kotanya di sana, dan memberi nama kerajaan itu dengan sebutan SIGUNTANG MAHAMERU yang ber arti sebuah kerajaan di tanah SIGUNTANG yang penguasanya berasal dari MAHAMERU ( keturunan kerajaan marapi ).

DAPUNTA HYANG SRI JAYA NASA menjadi raja pertamanya, dan mulai melakukan penaklukan - penaklukan kerajaan - kerajaan kecil yang semula mengganggu ketentraman kerajaannya, dan kemudian membuat juga sekutu - sekutu dengan kerajaan di pedalaman yang di kenal dengan kerajaan SKALA BRAK yang mendiami kawasan DANAU RANAU, dengan demikian kerajaan SIGUNTANG menjadi satu satunya kerajaan terkuat di daerah palembang masa itu. dan akhirnya ia memulai meluaskan wilayahnya hingga menjelang abad ke 7 masehi. sehingga ia wafat dan di gantikan oleh puteranya, SRI INDRA YARMAN nama yang di pengaruhi oleh pengaruh hindu, yang merupakan nama pemberian dari MPHU BATHARA.

dan kemudian nama SIGUNTANG MAHA MERU bertukar menjadi SRIWIJAYA yang ber arti CAHAYA KEMENANGAN atau kemengangan GEMILANG. dan menjadikan sriwijaya sebagai pusat perdagangan di daerah nusantara waktu itu. 
dimana kerajaan SALAKA NAGARA  di daerah GUNUNG SALAK pun telah takluk di bawah kekuasaan SRIWIJAYA kemudian KERAJAAN AGNI yaitu kerajaan yang berdiri di daerah gunung krakatau sekarang.
dan banyak lagi kerajaan - kerajaan yang menjadi jajahan dari sriwijaya. di abad ke 6 masehi hingga ke 7 masehi SRIWIJAYA menjadi pusat perdagangan dan pusat penyebaran agama budha di tanah sumatera masa itu.

Catatan :
pada beberapa tulisan di wikipedia menyatakan bahwa :  Berdasarkan Prasasti Kedukan Bukit, pada tahun 682 Dapunta Hyang bertolak dari Minanga dengan membawa 20.000 tentara lalu mendirikan Kerajaan Sriwijaya. Ekspedisi ini juga bertujuan untuk memindahkan pusat kerajaan dari Minanga di pedalaman ke daerah yang strategis di tepi laut.

menyatakan pula bahwa kerajaan MINANGA TAMWAN adalah kerajaan asal pendiri kerajaan sriwijaya dengan catatan sebagai berikut :
Berdasarkan Prasasti Kedukan Bukit, pada tahun 682 Dapunta Hyang bertolak dari Minanga dengan membawa 20.000 tentara lalu mendirikan Kerajaan Sriwijaya. Ekspedisi ini juga bertujuan untuk memindahkan pusat kerajaan dari Minanga di pedalaman ke daerah yang strategis di tepi laut. 

sebbagai sumber catatan adalah :
Dari Prasasti Kedukan Bukit, disebutkan bahwa Dapunta Hyang pendiri Sriwijaya bertolak dari Minanga, dengan membawa puluhan ribu tentara lengkap dengan perbekalan[2]. Berita tentang Kerajaan Melayu ini juga disebut dalam catatan perjalanan Pendeta I-tsing atau I Ching (義淨; pinyin Yì Jìng) (634-713) identik dengan kerajaan ini[3].
Selain dari berita buku T'ang-Hui-Yao, dari buku Tse-fu-yuan-kuei pada masa Dinasti Song yang dibuat atas dasar sejarah lama oleh Wang-ch'in-jo dan Yang I antara tahun 1005 dan 1013, juga menceritakan adanya utusan dari Kerajaan Melayu datang ke Cina antara tahun 644 dan 645 

 pendapat penulis,
saya berpendapat bahwa prasati kedukan bukit di buat setelah berdirinya kerajaan SRIWIJAYA, dan telah tertata nya pemerintahan serta berjalannya pemerintahan maka barulah prasasti ini di buat sebagai pengingat atau tanda, bahwa sri paduka DA PUNTA HYANG datang dari kerajaan minanga, dan berhasil mendirikan kerajaannya,  yaitu SRIWIJAYA