Jumat, 23 Oktober 2015

PENGARUH BUDHA DI TANAH MELAYU

PENGARUH BUDHA DI TANAH MELAYU

perkembangan kerajaan - kerajaan di tanah melayu seperti tertekan setelah KERAJAAN KANDIS di taklukan pasukan dari KANTON / KWANTUNG - CINA, sejak itu pengaruh budha terasa sangat kuat sekali di daerah melayu, di mana kerajaan - kerajaan bawahan di wajibkan memeluk agama budha, sehingga banyak kerajaan kecil di sana telah menjadikan agama budha sebagai agama kerajaan selain agama hindu yang sudah berkembang sebelumnya, agama hindu dan aliran kepercayaan juga berkembang namun tak sepesat pengaruh budha yang datang dari negeri cina.
desa kuntu

begitu kuatnya pengaruh cina mempengaruhi kerajaan - kerajaan yang berada di persekutuan melayu dimana mereka sebenarnya beraja ( BARAJO ) ke MINANGA TAMWAN, dan perdagangan di perairan selat melaka sekarang di kuasai oleh para pedangan cina, sehingga pedagang dari teluk persia kesulitan untuk menguasai dan masuk di perdagangan MINANGA.



KERAJAAN KUNTU ( abad ke 4 M ) di selatan pekanbaru sekarang akhirnya berada di bawah pengaruh budha dan hindu.

Pada tahun 670-730 M, terdapat dua kerajaan besar yaitu Cina di timur (beragama budha Mahayana) dan Khalifah Muawiyah di barat (beragama islam) masing-masing hendak memonopoli perdagangan, menanamkan pengaruh ekonomi dan agama. Namun politik Muawiyah lebih berhasil dibanding cina sehingga abad ke-8 agama islam(syi'ah) masuk dan berkembang di Kuntu.

Dakwah pengembangan islam terhenti selama 4 abad disebabkan Cina merasa terganggu kepentingan ekonomi dan pengembangan agamanya, maka Cina mengutus dua orang sarjana agama Budha yaitu : Wajaro Bodhi dan Amogha Bajra. Sejak saat itu pedagang dari Arab dan Persi tidak datang lagi ke Kuntu Timur. Pada masa inilah apa yang diistilahkan "Apik Tupai, Panggang Kaluang" dimana pada saat itu penduduk kehilangan pedoman/tuntunan agama.
Kesultanan Kuntu Kampar terletak di Minangkabau Timur, daerah hulu dari aliran Kampar Kiri dan Kanan. Kesultanan Kuntu atau juga disebut dengan Kuntu Darussalam di masa lalu adalah daerah penghasil lada dan menjadi rebutan Kerajaan lain, hingga akhirnya Kesultanan Kuntu dikuasai oleh Kerajaan Singasari dan Kerajaan Majapahit. Kini wilayah Kesultanan Kuntu hanya menjadi sebuah cerita tanpa meninggalkan sedikitpun sisa masa kejayaan, Kesultanan Kuntu kini berada di wilayah Kecamatan Kampar Kiri (Lipat Kain) Kabupaten Kampar.
Kuntu di masa lalu adalah sebuah daerah yang sangat strategis baik dalam perjalanan sungai maupun darat. Di bagian barat daya Kuntu, di seberangnya ada hutan besar yang disebut Kebun Raja. Di dalam hutan yang bertanah tinggi itu, selain batang getah, juga ada ratusan kuburan tua. Satu petunjuk bahwa Kuntu dulu merupakan daerah yang cukup ramai adalah ditemukannya empat buah pandam perkuburan yang tua sekali sehingga hampir seluruh batu nisan yang umumnya terbuat dari kayu sungkai sudah membatu (litifikasi). Salah satu di antara makam-makam tua itu makam Syekh Burhanuddin, penyiar agama Islam dan guru besar Tarekat Naqsabandiyah yang terdapat di Kuntu. Makam itu berada dekat Batang Sebayang. Syekh Burhanuddin diperkirakan lahir 530 H atau 1111 M di Makkah dan meninggal pada 610 H atau 1191 M. Dengan peninggalannya yang ada sampai saat ini: Sebuah stempel dari tembaga bertuliskan Arab “Syekh Burhanuddin Waliyullah Qodi Makkatul Mukarramah” dan Sebilah Pedang, tongkat, sebuah kitab Fathul Wahab dan sebuah Khutbah. Sejak masuknya Syekh Burhanuddin di Kuntu mengembangkan islam Mazhaf Syafi’i, Islam Syi’ah yang datang sebelumnya ke Kuntu kehilangan kekuatan politik dan mundur pada tahun 1238 M.
 
KERAJAAN INDERA PURA 
berkedudukan di PESISIR SELATAN merupakan bagian dari kerajaan pagaruyung yang paling ujung, dan ia adalah paman dari RAJA DANG TUANKU DAN CINDUA MATO, yang menjadi raja di PAGARUYUNG. kerajaan ini paling aman dari pengaruh cina dan india, dan merupakan tanah perlindungan bagi raja - raja minanga.

diperkirakan pernah muncul pada tahun 645 yang diperkirakan terletak di hulu sungai Batang Hari. Berdasarkan Prasasti Kedukan Bukit, kerajaan ini ditaklukan oleh Sriwijaya pada tahun 682. Dan kemudian tahun 1183 muncul lagi berdasarkan Prasasti Grahi di Kamboja, dan kemudian Negarakertagama dan Pararaton mencatat adanya Kerajaan Malayu yang beribukota di Dharmasraya. Sehingga muncullah Ekspedisi Pamalayu pada tahun 1275-1293 di bawah pimpinan Kebo Anabrang dari Kerajaan Singasari. Dan setelah penyerahan Arca Amonghapasa yang dipahatkan di Prasasti Padang Roco, tim Ekpedisi Pamalayu kembali ke Jawa dengan membawa serta dua putri Raja Dharmasraya yaitu Dara Petak dan Dara Jingga. Dara Petak dinikahkan oleh Raden Wijaya raja Majapahit pewaris kerajaan Singasari, sedangkan Dara Jingga dengan Adwaya Brahman. Dari kedua putri ini lahirlah Jayanagara, yang menjadi raja kedua Majapahit dan Adityawarman kemudian hari menjadi raja Pagaruyung.

CIKAL BAKAL SRIWIJAYA - LAHIRNYA DA PUNTA HYANG

CIKAL BAKAL KERAJAAN SRIWIJAYA

LAHIRNYA DA PUNTA HYANG

pergeseran pemerintahan dan perdagangan ke kawasan PANTAI TIMUR telah banyak merubah tata pemerintahan dan juga cara hidup masyarakat dan juga kerajaan - kerajaan leluhur dinasti MARAPI
perkembangan kerajaan - kerajaan di wilayah merapi begitu pesat, ke unikannya di sini, mereka tidak memiliki raja besar yang mengatur semua negeri, tetapi mereka bersatu padu di bawah naungan pemerintahan ninik mereka di merapi yang pada masa itu ada di bawah pemerintahan KERAJAAN BATU PATAH / PAGARUYUNG ( nama pagaruyung dahulu belum di populerkan sebagai nama kerajaan sebab seringnya terjadi pergantian kepemimpinan dan juga menghormati DATUK TUMENGGUNG sebagai TETUA RAJA atau DATUK penguasa ALAM hingga posisi beliau di gantikan oleh penerusnya setelah wafat ) dan  di bawah naungan keturunan raja DANG TUANGKU dan CINDUA MATO yang berhasil melindungi wilayah dinasti merapi dari serangan kerajaan TIANG HUNGKUK.
dengan banyaknya raja - raja kecil di setiap daerah di rasa perlu untuk membuat sebuah kesatuan KERAJAAN sebagai pengayom kerajaan - kerajaan kecil yang tersebar hingga ke pantai barat,
untuk itu datuk - datuk dan raja - raja berunding dan berkumpul untuk menunjuk siapa yang di jadikan RAJO ALAM pemimpin alam kerajaan melayu masa itu.

setelah hijrahnya keturunan dari SRI MAHARAJA TUNGGAL yang sempat di lantik sebagai penguasa bawahan cina kwantung di kerajaannya sendiri, ia mengganti nama kerajaan menjadi MINANGA dan di kenal dengan sebutan MINANGA TAMWAN di ambil dari kata MINANGA dan TAMWAN dimanan nama MINANGA meiliki banyak arti kalau di lihat dan di baca dari tulisan tulisan para ahli sejarah ada mengartikan MINANGA ber asal dari kata INANG atau asuhan ada juga yang menyebutkan nama MINANGA ber arti nama sungai,
bila kita mencari dari asal katanya dan dalam bahasa sansekerta atau hindi berasal dari kata VI NANGGA artinya VI ATAU BI ber arti 2 dan ANGGA berarti besar yang di artikan adalah dua sungai besar atau bersatunya dua kekuatan yang besar yang mengarah kepada dua kelarasan besar saat itu yaitu KETUMENGGUNGAN DAN PERPATIH NANSAWATANG.

jadi dapat sekiranya di simpulkan kerajaan MINANGA adalah persatuan dua kekuatan besar yang berasal dari dua raja besar yaitu perpatih dan tumenggung, dan di sini di pilih raja dari keturunan keduanya.

dari kondisi yang ada pada saat itu, kerajaan MINANGA tidak saja bertahan dengan agama leluhur tetapi saat itu sudah mulai terjadi perkawinan dengan putri putri dari keturunan raja raja cina, dan dalam melaksanakan pemerintahannya raja - raja masih dengan agama hindu tetapi rakyat yang di pimpin telah bercampur antara agama budha dan hindu, tak juga sedikit mereka yang menganut agama lain masa itu,

dan pusat kerajaan melayu di pusatkan di kerajaan MINANGA setelah menguasai KERAJAAN KUNTALA yang tidak lagi mendapat perlindungan kuat dari KEKAISARAN CINA di sebabkan di tanah cina mengalami kelemahan politik di sebabkan perang saudara.

akhirnya KERAJAAN MELAYU dengan ber ibukotakan MINANGA yang tenang atau MINANGA TAMWAN menjadi sebuah kerajaan kuat masa itu, dan sebagai BUKTI menjadi sebuah kerajaan besar, yang di pilih menjadi raja saat itu adalah SRI RAJA JAYANAGA yang memiliki kesaktian luar biasa keturunan dua datuk hebat, temenggung dan perpatih yang menguasai ilmu ALAM TAKAMBANG dan ia berhasil menyatukan wilayah - wilayah terpencil dan jauh, kesaktian dan ke gagahannya tersiar hingga ke negeri cina, dan KASIAR dari negeri CINA masa kaisar WUDI pada dinasti JIN.

Hubungan yang baik dan erat masa itu membuat hubungan perdagangan maju pesat, kaisar WUDI menganugerai seorang puterinya yang beragama budha kepada SRI RAJA JAYA NAGA dan kemudian menjadikannya permaisuri, puteri kaisar wudi ini sangat taat akan ajaran budhanya. dan sang raja tidak ingin menyakiti hati isterinya untuk ikut keyakinannya.

dari hasil pernikahannya inilah kemudian lahir seorang putera yang setelah besar bergelar PU YANG JAYANASA dimana  PU-YANG ber arti orang sakti pilihan dan jaya nasa adalah mengambil nama dari  mengambil nama dari ayahnya, pu yang kemudian lebih di kenal dengan sebutan mpu hyang, ia juga memiliki kesaktian yang hampir sama dengan ayahnya, ia menguasai ilmu alam, mengerti akan perubahan alam, hewan dan cuaca, sebab ia berbeda aliran agama ayahnya memerintahkan ia mencari daerah baru di sebelah selatan untuk dirinya menjadi raja.

berangkatlah ia menyusuri sungai batang hari bersama 20.000 tentara yang di berikan ayahandanya , dan tiba di pesisir timur pantai sumatera kemudian disitu ia mulai menguasai kerajaan - kerajaan kecil yang sebelumnya tidak mau tunduk kepada KERAJAAN MINANGA, pasukannya terus bergerak hingga tiba di pantai timur palembang sekarang dan mulai menyusuri sungai musi yang besar, dan telah banyak kerajaan kecil yang di taklukannya. ia melihat daerah pantai tidak baik baginya untuk mendirikan kerajaan, maka ia terus bergerak ke mudik untuk mencari lokasi yang terbaik, ia ingat pesan ayahnya antara LALU LINTAS AIR DAN PERTAHANAN harus seimbang, jangan terlalu mengejar per ekonomian dan melupakan pertahanan. untuk itulah ia terus bergerak ke mudik dan menaklukan kerajaan - kerajaan kecil yang di lewatinya. hingga tiba di sebuah tempat yang sangat unik dua buah teluk sempit yang mengapit sebuah pulau dan pulau ini cukup tinggi di bandingkan daratan lainnya, seolah mengapung.

PU YANG JAYANASA kemudian bersorak SI GUNTANG... arahkan kapal ke SI GUNTANG
di BUKITT SIGUNTANG inilah kemudian KERAJAAN SRIWIJAYA di bangun.

Kamis, 22 Oktober 2015

CIKAL BAKAL SRIWIJAYA 2 - MALAYU DALAM TEKANAN

CIKAL BAKAL SRIWIJAYA 2
MALAYU BERTAHAN DALAM TEKANAN


telah di kisahkan pada kisah kisah sebelumnya, dimana pada masa PEMERINTAHAN DINASTI HAN abad 2 masehi di CINA, kekaisaran cina melakukan exsvansi besar besaran di seluruh kawasan asia dan ke arah barat, begitu juga ke kawasan nusantara yang saat itu di kuasai oleh sebuah kerajaan kaya dan damai bernama KANDIS, dengan penyerangan dari cina ini menyebabkan perang saudara antara KANDIS dan KOTO ALANG di daerah SALO / SELO, dimana raja AUR KUNING dari koto ALANG kemudian berpindah menuju LUBUK JAMBI daerah TELUK KUANTAN sekarang,
kemudian pada abad ke 4 generasi ke 3 memindahkan pemerintahan KANDIS ke lubuk jambi dan menukar nama dengan nama MINANGA TAMWAN.


Pada masa itu di abad KE 2 M sebelum masa kejayaan DINASTI HAN menurun, kekasiasaran cina yang ber agama budha melakukan penekanan di kawasan kandis dan sekitarnya, menguasai perdagangan JALUR SUTERA, di saat itu agama budha ikut terbawa kemasyurannya di antara POLITIK DAN PERANG agama kedamaian selalu berusaha muncul sebagai penengah dan pendamai. namun keserakahan manusia tidak dapat di hentikan sampai di sana.

babak selanjutnya di saat kerajaan atau DINASTI MARAPI / DINASTI MALAYU KUNO bertahan dalam keyakinan dan kepercayaannya, mencoba untuk bertahan tanpa harus berperang, menugaskan para datuk dan raja - raja kecilnya untuk membuka daerah baru dan membangun kerajaan - kerajaan melayu baru di bawah kepemimpinan TUMENGGUNG DAN PERPATIH yang di bantu raja - raja lainnya seperti RAJA AUR KUNING, DANG TUANKU, CINDUA MATO, NUN ALAM dan lainnya. yang bertahan di bawah tekanan keagamaan. mereka bertahan dalam ke agungan islam.
bertahan dalam kepungan ekonomi mereka mampu bertahan dengan ke piawaian mereka berdagang dan bersosialisasi, walau demikian mereka memiliki kemampuan perang yang tidak di ragukan, mereka mampu bertahan ibaratnya BUNGLON, dan mereka adalah orang malayu yang gesit di lautan dan memiliki pertahanan kuat di gunung dan daratan yang tidak satupun orang luar bisa mengetahui kelemahannya.

dalam beberapa dekade melayu aman karena kondisi di negeri cina tengah terjadi perebutan kekuasan dan peperangan yang tiada henti.
kita mengenal masa itu sebagai ZAMAN TIGA NEGARA



ZAMAN TIGA NEGARA
Dinasti Han mengalami kemerosotan sejak tahun 100 karena kaisar-kaisar penguasa yang tidak cakap memerintah dan pembusukan di dalambirokrasi pemerintahan. Beberapa pemberontakan petani pecah sebagai bentuk ketidakpuasan rakyat terhadap kekaisaran. Namun ketidakmampuan kaisar lebih parah dipergunakan oleh para kasim untuk mengkonsolidasikan kekuasaan di tangan mereka. Penghujung Dinasti Han memang adalah sebuah masa yang didominasi oleh pemerintahan kasim.
Sejak Kaisar Hedi, kaisar-kaisar selanjutnya naik tahta pada masa kanak-kanak. Ini menyebabkan tidak ada pemerintahan yang stabil dan kuat karena pemerintahan dijalankan oleh kasim-kasim dan keluarga kaisar lainnya yang kemudian melakukan kudeta untuk menyingkirkan kaisar yang tengah beranjak dewasa guna melanggengkan kekuasaan mereka. Ini menyebabkan lingkaran setan yang kemudian makin memperburuk situasi Dinasti Han. Pada penghujung dinasti Han muncul pemberontakan selendang kuning atau yang lebih dikenal dengan Pemberontakan Sorban Kuning, yang dipimpin oleh Zhang Jiao beserta antek-anteknya mereka menduduki wilayah Yu Zhou, Xu Zhou, Yan Zhou. Tepatnya dulu menduduki kota-kota Ping Yuan, Wan, Xu Chang, Ye, Xiao Pei, Shou Chun. Untuk menumpas pemberontakan yang muncul maka pemerintah dinasti Han menobatkan He Jin sebagai Jendral besar sekaligus perdana menteri. Selama kurang lebih 8 tahun, He jin masih tidak dapat menumpas pemberontakan.
Pada tahun 189, sesaat setelah Kaisar Lingdi mangkat, para menteri kemudian merencanakan untuk membunuh Jenderal He Jin, paman dari anak Kaisar Lingdi, Liu Bian. Ini dimaksudkan untuk mencegah He Jin mendudukkan Liu Bian sebagai kaisar pewaris tahta. Rencana ini diketahui oleh He Jin yang kemudian segera melantik Liu Bian sebagai pewaris tahta dengan gelar Shaodi pada April 189. Selain itu, He Jin juga memerintahkanDong Zhuo untuk kembali ke ibu kota Luoyang untuk menghabisi para menteri serta kasim yang ingin merebut kekuasaan itu. Sebelum Dong Zhuo sampai, He Jin sudah dibunuh dahulu oleh para menteri di dalam istana.
Yuan Shao kemudian mengambil inisiatif menyerang istana dan memerintahkan pembunuhan sebagian menteri dan kasim yang dituduh berkomplot merebut kekuasaan kekaisaran. Namun, menteri lainnya menyandera Kaisar Shaodi dan adiknya Liu Xie ke luar istana. Dong Zhuo mengambil kesempatan ini untuk memusnahkan kompolotan menteri tadi dan menyelamatkan kaisar. Dengan kaisar di bawah pengaturannya, Dong Zhuo kemudian memulai kelalimannya.
Dong Zhuo mulai menyiapkan strateginya untuk mengontrol kekuasaan kekaisaran di Tiongkok dengan membatasi wewenang kekuasaan Kaisar Shaodi. Ia lalu menghasut Lu Bu untuk membunuh ayah angkatnya, Ding Yuan dan merebut seluruh kekuatan militernya untuk memperkuat diri sendiri. Yuan Shao juga diusir olehnya dari Luoyang. Ia membatasi wewenang para menteri dan memusatkan kekuasaan di tangannya, setelah itu, Kaisar Shaodi diturunkan dari tahta untuk kemudian digantikan oleh adiknya Liu Xie yang menjadi kaisar dengan gelar Xiandi pada September 189. Sejarahwan beranggapan bahwa momentum ini adalah awal Zaman Tiga Negara.
Yuan Shao kemudian menghimbau para jenderal penguasa daerah untuk melawan kelaliman Dong Zhuo. Usahanya membawa hasil 11 batalyon militer beraliansi untuk melakukan agresi ke Luoyang guna menumbangkan rezim Dong Zhuo. Yuan Shao memimpin aliansi yang kemudian dinamakan sebagai Tentara Pintu Timur. Dong Zhuo merasa takut dan membunuh bekas kaisar Shaodi, membumi-hanguskan dan merampok penduduk Luoyang, menyandera Kaisar Xiandi dan memindahkan ibu kota keChang'an.
Dalam pelariannya, Dong Zhuo diserang oleh Cao Cao dan Sun Jian yang tergabung dalam Tentara Pintu Timur, namun sayang karena ada kecemburuan di dalam aliansi menyebabkan tidak ada bantuan dari jenderal lainnya yang tidak ingin melihat keberhasilan mereka berdua. Aliansi ini kemudian bubar dan Dong Zhuo meneruskan kelalimannya di Chang'an.
Akhirnya, pada tahun 192, menteri istana bernama Wang Yun bersama Lu Bu menghabisi nyawa Dong Zhuo di Chang'an. Ini mengakibatkan bawahan Dong Zhuo, Li Juemenyerang istana dan membunuh Wang Yun serta mengusir Lu Bu. Li Jue melanjutkan kelaliman pemerintahan Dong Zhuo.
Setelah Dong Zhuo berhasil dijatuhkan, Dinasti Han makin melemah karena kehilangan kewibawaan kekaisaran. Melemahnya kekuasaan istana menyebabkan para gubernur dan penguasa daerah memperkuat diri sendiri dan menjadi raja kecil di wilayah mereka. Ini menyebabkan munculnya rivalitas antar raja-raja perang satu wilayah dengan wilayah lainnya. Raja perang yang terkenal dan kuat pada masa ini adalah :
Di antara mereka, kekuatan Cao Cao dan Yuan Shao berkembang paling pesat dan menyebabkan peperangan di antara mereka tidak dapat dihindari. Cao Cao pada tahun 197 menaklukkan Yuan Shu, lalu Lu Bu pada tahun 198 serta Liu Bei setahun selanjutnya. Tahun 200, Yuan Shao memulai ekspansi wilayah ke selatan, namun berhasil dipukul mundur oleh Cao Cao. Yuan Shao kemudian memutuskan untuk memimpin sendiri kampanye militer ke selatan dan berpangkalan di Yangwu. Cao Cao juga mundur ke Guandu untuk melakukan kampanye defensif. Di sini, kekuatan di antara mereka berimbang selama setengah tahun sampai akhirnya Cao Cao melakukan serangan mendadak dan memusnahkan seluruh persediaan logistik Yuan Shao. Yuan Shao kemudian mundur karena moral prajurit yang rendah setelah kekalahan yang menentukan itu. Ini adalah peperangan Guandu yang terkenal itu.
Setelah kekalahannya di Guandu, Yuan Shao beberapa kali mencoba melakukan serangan kepada Cao Cao namun gagal. Tahun 202, Yuan Shao meninggal, menyebabkan perebutan kekuasaan antara putranya, Yuan Tan dan Yuan Shang. Cao Cao mengambil kesempatan ini untuk menaklukkan Yuan Shang dan membunuh Yuan Tan. Yuan Shang kemudian mencari perlindungan kepada suku Wuhuan di utara yang mendukung Yuan Shao. Atas nasihat Guo Jia, Cao Cao menyerang Wuhuan dan membunuh pemimpinnya. Yuan Shang dalam pelariannya mencari perlindungan kemudian dibunuh oleh Gongsun Kang yang takut diserang Cao Cao bila memberikan suaka kepada Yuan Shang.
Tahun 207, Cao Cao secara resmi mempersatukan wilayah utara Tiongkok dan merencanakan ekspansi ke wilayah selatan.
Tahun 208, Cao Cao melakukan kampanye militer ke selatan tepatnya ke Prefektur Jingzhou yang saat itu dikuasai oleh Liu Biao. Liu Biao meninggal sebelum Cao Cao tiba. Liu Zong, anak Liu Biao yang menggantikan ayahnya menyerah kepada Cao Cao. Liu Bei yang saat itu berlindung kepada Liu Biao melarikan diri ke Jiangling, namun berhasil dipukul mundur lebih lanjut ke Xiakou.
Sun Quan mengutus penasihatnya Lu Su mengunjungi Liu Bei menanyakan keadaannya. Zhuge Liang kemudian mewakili Liu Bei mengajukan penawaran aliansi kepada Sun Quan. Aliansi Sun-Liu terbentuk untuk menahan serangan Cao Cao.Zhou Yu dan Cheng Pu memimpin tentara Sun dan berhasil memukul mundur tentara Cao Cao dengan strategi api. Peperangan berlokasi di daerah Chibi dan terkenal sebagai pertempuran Chibi.
Cao Cao yang kalah perang kemudian mengalihkan perhatian ke wilayah barat. Cao Cao menyerang Hanzhong yang dikuasai Zhang Lu. Penguasa di Xiliang kemudian melakukan perlawanan pada tahun 211 karena takut menjadi target Cao Cao selanjutnya. Ma Chao yang memimpin perlawanan ini dikalahkan Cao Cao dan mengasingkan diri. Setelah tahun 215, Cao Cao telah berhasil menguasai seluruh wilayah utara dan barat Tiongkok.
Kemenangan aliansi Sun-Liu membuahkan perpecahan di antara mereka. Mereka mulai memperebutkan Jingzhou yang ditinggalkan Cao Cao. Perebutan ini dimenangkan oleh Sun Quan, yang melakukan serangan militer ke selatan Jingzhou di bawah pimpinan Zhou Yu. Zhou Yu berencana melanjutkan ekspansi militer ke Prefektur Yizhou yang dikuasai Liu Zhang, namun ia meninggal dalam perjalanan. Lu Su yang menggantikannya menghentikan rencana ini dan meminjamkan Jingzhou kepada Liu Bei untuk pangkalan militer sementara untuk menahan kemungkinan serangan Cao Cao.
Saat ini, Liu Zhang mengundang Liu Bei untuk membantu Yizhou melawan kemungkinan ekspansi Cao Cao bila berhasil menduduki Hanzhong. Liu Bei berangkat menuju Yizhou meninggalkan Guan Yu menjaga Jingzhou. Perseteruan Liu Bei dan Liu Zhang pecah pada tahun 212, Liu Bei lalu menduduki Chengdu dan memaksa Liu Zhang menyerahkan kekuasaan Yizhou kepadanya.

Tiga negara terbentuk[sunting | sunting sumber]

Peta 3 negara pada tahun 262 M.
Tahun 216, Cao Cao mengangkat diri sebagai Raja Wei. Setahun kemudian, Liu Bei menyerang Hanzhong yang saat itu dikuasai Cao Cao. Pengkhianatan dari dalam dan kampanye militer Sun Quan di wilayah tengah menyebabkan Cao Cao terpaksa harus mundur dari Hanzhong. Liu Bei juga mengangkat diri menjadi Raja Hanzhong pada tahun 219.
Tahun yang sama, Guan Yu memimpin pasukan menyerang Cao Cao, namun Lu Meng melakukan serangan dari belakang secara mendadak ke Jingzhou. Guan Yu berhasil ditangkap dan dibunuh oleh Lu Meng. Tahun 220, Cao Cao meninggal dunia dan digantikan oleh putranya Cao Pi. Cao Pi memaksa Kaisar Xiandi menyerahkan tahta kekaisaran lalu mendirikan Negara Wei dan bertahta dengan gelar Wendi. Setahun kemudian, Liu Bei yang mendukung kelanjutan Dinasti Han mengangkat diri sebagai kaisar dengan gelar Zhaoliedi.
Sun Quan menyatakan tunduk kepada Wei dan diangkat sebagai Raja Wu oleh Cao Pi. Tahun 221 juga, Liu Bei menyerang Sun Quan dengan tujuan membalaskan dendam Guan Yu, namun berhasil dipukul mundur oleh Lu Xun dan meninggal pada tahun 223Liu Chan kemudian menggantikan sang ayah menjadi kaisar dengan gelar Xiaohuaidi. Sepeninggal Liu Bei, Sun Quan kembali bersekutu dengan Liu Chan untuk menahan pengaruh Cao Cao. Tiga negara resmi berdiri dan tidak akan ada satupun negara dapat menaklukkan negara lainnya selama kurun waktu 40 tahun.

Runtuhnya negara Shu Han[sunting | sunting sumber]

Sepeninggal Liu Bei, negara Shu Han melakukan ekspansi wilayah ke timur laut Shu. tepatnya kota Chang An yang dipimpin oleh Cao Hong dan Sima Yi sebagai penasihatnya. Ini dilakukan untuk mengurangi kemungkinan diserang dari belakang saat pelaksanaan gerakan ofensif terhadap Wei di utara. Setelah wilayah di belakang ( maksudnya daerah di Yun Nan, yang dikuasai suku bar-bar) berhasil ditenangkan, Shu Han melakukan 5 kali penyerangan ke utara di bawah pimpinan Zhuge Liang dalam kurun tahun 227 sampai234, mulai dari Tian Shui sampai Wu Zhang dan yang berhasil dikuasai Shu Han hanya Tian Shui saja.
Zhuge Liang meninggal pada peperangan di tanah Wu Zhang atau dikenal dengan peperangan Wu Zhang Plains, dimana Zhuge Liang sebenarnya menggunakan Ba Zhen Du sebagai ilmu sihir tingkat tingginya, namun oleh Wei Yan, perwira Shu Han digagalkannya akibat pengaruh dari Sima Yi. tahun 234 lalu digantikan oleh Jiang Wei yang meneruskan ekspedisi ke utara, namun tidak menghasilkan kemenangan yang mutlak. Liu Chan yang tidak cakap memimpin mempercayakan jalannya pemerintahan kepada menteri kesayangannya Huang Hao. Jiang Wei yang mengajukan mosi tidak percaya kepadanya, malah dituduh berkhianat kepada negara. Ini menyebabkan Wei kemudian berhasil mematahkan pertahanan Hanzhong dan menyerang sampai ke Chengdu, ibu kota Shu Han. Liu Chan menyerahkan diri kepada Wei dan negara Shu Han resmi runtuh pada tahun 263.

Berdirinya Dinasti Jin[sunting | sunting sumber]

Tahun 265, menteri negara Wei, Sima Yan merebut kekuasaan dari keluarga Cao dan mendirikan negara Jin, beribu kota di Luoyang. Ia bertahta dengan gelar Kaisar Wudi. Jin kemudian merencanakan penaklukan negara Wu yang saat itu sedang kacau sepeninggal Sun Quan pada tahun 251. Tahun 279, penyerangan Wu dilancarkan dan Jin berhasil menaklukkan Wu tanpa perlawanan berarti karena moral prajurit yang rendah. Sebab utama kekalahan Wu adalah pemerintahan lalim dari kaisar Sun Hao.
Tahun 280, Tiongkok dengan resmi dipersatukan di bawah Dinasti Jin yang kerap disebut sebagai Jin Barat oleh sejarahwan. Dinasti ini akan berkuasa sampai tahun 420sebelum Tiongkok kembali terpecah-pecah karena lemahnya kekaisaran dan serangan suku-suku barbar dari utara.
( di copy dari wikipedia )
dan perdagangan di jalur sutera kembali bergairah.

Rabu, 21 Oktober 2015

CIKAL BAKAL SRIWIJAYA 1

CIKAL BAKAL SRIWIJAYA 1

CIKAL BAKAL KERAJAAN SRIWIJAYA

sebuah kerajaan besar di melayu, pada abad ke 7 M tentunya lahir dari beberapa proses dan kejadian dari masa masa sebelumnya, perputaran waktu akan menghantarkan kita pada masa yang lalu kepada masa kini.

begitu juga lahirnya sebuah kerajaan besar di sumatera pada abad ke 5 masehi, dan mencapai masa jayanya hingga ber abad abad kemudian.


di awali dari pergeseran kekuasaan dan bergesernya lokasi pemerintahan.

DI ABAD KE 1
Kerajaan Kandis menjadi pusat pemerintahan karena saat itu lautan masih luas dan kapal - kapal besar masih bisa masuk dan bersandar hingga ke dekat kerajaan. setelah air laut makin surut dan daratan makin luas, pusat kerajaan kandis tidak lagi strategis untuk perkembangan sebuah kerajaan besar. apalagi setelah peperangan besar yang merusakan istana dan menghilangkan sebuah istana besar, ISTANA DHAMNA.

DI ABAD KE 2
kerajaan KANDIS mendapat kepungan dari kerajaan - kerajaan turunan DINASTI MERAPI yang di perkuat oleh DATUK TUMENGGUNG dan DATUK PERPATIH begitu juga PANGERAN CINDUA MATO, yang menjaga dan merapatkan barisan serta memperluas daerah daerah baru dan menguasainya.

DI ABAD KE 3
kerajaan KANDIS di kuasai anak keturunan SRI MAHARAJA TUNGGAL yang di bantu DINASTI MARAPI, untuk merebut wilayah kandis kembali yang masa itu telah berganti nama MINANGA TAMWAN ( dalam pemeliharaan yang tenang ). dimana kemudian MINANGA TAMWAN berpindah ke daerah JAMBI

DI ABAD KE 4
Dinasti MARAPI mengalami banyak pergantian RAJA - RAJA, di sebabkan meninggalnya RAJA - RAJA awal, dan di gantikan oleh penerus yang baru. dan telah banyak muncul kerajaan - kerajaan baru dan kuat serta memperkuat dinasti MARAPI.
pada abad ini kerajaan KANDIS sudah habis dan berganti nama menjadi KUNTALA yang di pindahkan ke pantai TIMUR dimana daratan sudah begitu luas,


KERAJAAN KUNTALA

setelah nama kandis berganti menjadi MINANGA TAMWAN dan kemudian di tinggalkan, raja kwantung dari cina mengangkat raja baru beragama BUDHA dan memindahkan pemerintahan ke hilir sungai KAMPAR yaitu di daerah KUALA TUNGKAL. karena lalu lintas air  lebih ramai di kawasan ini. KERAJAAN ini oleh banyak penulis menyebut sebagai KERAJAAN KANDALI atau KANTOLI

Kerajaan Kandali atau Kantoli merupakan kerajaan yang belum dapat diidentifikasi lokasi keberadaannya. Mayoritas sejarawan berpendapat, Kandali (Kuntala) terdapat di pantai timur Sumatera di sekitar Jambi sekarang. Kerajaan ini muncul pada abad ke-5 - 6 Masehi, dimana hal ini merujuk dari sumber Cina, yang menyatakan bahwa Kan-to-li (Kandali) telah berkali-kali mengirim utusan mulai tahun 441 – 563 Masehi. Pada abad ke-7 kerajaan ini menghilang, mungkin dikarenakan munculnya dua kerajaan lain di pantai timur Sumatera yakni; Malayu (Jambi) dan Sriwijaya (Palembang).

Menurut S. Sartono (1992), akibat dari pendangkalan Teluk Wen diduga telah menyebabkan sulitnya kapal-kapal dagang untuk merapat sampai ke pelabuhan Muara Tebo, sehingga fungsi pelabuhan tersebut sebagai pelabuhan samudera tidak lagi dapat dipertahankan. Negara Koying sebagai penguasa wilayah Teluk Wen terpaksa memindahkan pelabuhan dagang dari Teluk Wen ke darah pantai timur di sekitar daerah Kuala Tungkal sekarang.
Pelabuhan di pantai timur Sumatera itu mulai difungsikan sebagai pelabuhan samudera yang dapat dilabuhi kapal-kapal besar untuk menggantikan fungsi pelabuhan Teluk Wen, dan pelabuhan Teluk Wen difungsikan sebagai pelabuhan penyangga bagi kapal-kapal kecil yang melayani bongkar muat barang-barang dagang penduduk negeri Kerinci dan sekitarnya. Dari sini kemudian baru dibawa ke pelabuhan samudera di pantai Kuala Tungkal.
Pada akhirnya negara Koying melepaskan daerah pantai timur dan mendorong terbentuknya pemerintahan baru yang disebut dengan kerajaan Kantoli (Kuntal). Kerajaan ini diperkirakan berdiri pada abad ke-5 Masehi. Antara negara Koying dengan kerajaan Kuntal terjalin persahabatan yang baik. ( di kutip dari wikipedia bebas )

Nama Kantoli atau Kandali telah dikenal oleh pemerintahan Kaisar Hsiau-wu (459-464). Menurut catatannya, raja dari Kandali bernama Sa-pa-la-na-lin-da memerintahkan utusannya bernama Taruda untuk pergi ke negeri Cina.
Dari kitab sejarah dinasti Liang diperoleh keterangan bahwan antara tahun 430-475 M, beberapa kali utusan dari Ho-lo-tan dan Kan-t’oli datang di Cina, ada juga utusan dari To-lang – P’o-hwang.[1] Kantoli terletak di salah satu pulau di laut selatan. Adat kebiasaanya serupa di Kamboja dan Campa. Hasil negerinya yang terutama pinang, kapas dan kain-kain berwarna. Sedangkan dalam kitab sejarah dinasti Ming disebutkan bahwa San-fo-tsi dahulu disebut juga Kan-to-li.
Menurut G. Farrand, Kan-to-li di dalam berita Cina ini mungkin sama dengan Kandari yang terdapat dalam berita Ibnu Majid yang berasal dari tahun 1462. Karena San-fo-tsi dahulu juga disebut Kan-to-li, sedangkan San-fo-tsi diidentifikasikan sengan Sriwijaya, maka Farran menafsirkan Kan-to-li terletak di Sumatera dengan pusatnya di Palembang.
Sementara itu J.L. Moens mengidentifikasikan singkil Kendari dalam berita Ibnu Majid dengan Kan-to-li di dalam kitab sejarah dinasti Liang dan Ming. Sedangkan yang dimaksud dengan San-fo-tsi ialah Kerajaan Malayu.
Pendapat lain mengenai Kan-to-li ditekukakan oleh J.J. Boeles. Ia mengatakan bahwa Kan-to-li yang disebut di dalam berita Cina itu mungkin berada di Thailand Selatan. Pendapatnya ini didasarkan atas adanya sebuah desa yang bernama Khantuli di Pantai Timur Thailand Selatan. Pendapat Boeles ini ditentang oleh O. W. Wolters, ia mengatakan bahwa Kan-to-li tidak mungkin ada di Thailand Selatan, karena di desa Khantuli sama sekali tidak ditemukan keramik Cina dari zaman Song lama. Ia cenderung untuk menempatkan Kan-to-li di Palembang, karena San-fo-tsi biasa dihubungkan dengan Palembang. Identifikasi Kan-to-li dengan Kandali atau Singkil Kendari juga dikemukakan oleh Obdeyn. Oleh karena Kan-to-li dianggap sama dengan San-fotsi, maka kemungkinan besar Kan-to-li di Sumatera Selatan. Tetapi pendapat umum di antara para ahli ialah, bahwa Kan-to-li diperkirakan di Pantai timur Sumatera bagian Selatan, yang daerah kekuasaannya meliputi daerah Jambi dan Palembang.
Dari kutipan di atas jelaslah kiranya bahwa sesungguhnya tidak ada pegangan sedikitpun yang dapat dijadikan titik tolah untuk melangkah lebih lanjut. Untuk menetapkan bahwa Kan-to-li adalah Malayu hanya berdasarkan berita Cina yang menyebutkan bahwa “San-fo-tsi dahulu disebut juga Kan-to-li kiranya belum memberi suatu kepastian, karena masih perlu dikaji secara khusus apakah rumus aljabar yang diterapkan ini pada tempatnya.
Sanusi Pane (1955) menyebutkan sejarah Tiongkok menyebut Kan-to-li, dimana kerajaan itu mengirim utusan penghabisan kalinya ke Tingkok pada tahun 563 Masehi. Hampir boleh dipastikan, bahwa kerajaan itu terletak di Sumatera dan nama yang sebenarnya adalah Kandari.
Di daerah Jambi diyakini ada dua kerajaan kecil yang mulai muncul sekitar awal abad ke-5 M yakni kerajaan Ho-lo-tan dan Kan-to-li. Dalam sejarah dinasti Sung (960-1280 M) Holotan terletak di She-po atau Thu-po. Menurut pendapat Sartono (1978), She-po atau Thu-po dianggap sama dengan Tebo sekarang, yakni Muara Tebo. Di pinggiran sungaiBatanghari dijumpai sebuah pemukiman kuno bernama Ke-do-tan. Masih perlu penelitian tentang toponim Ho-lo-tan dengan Ke-do-tan secara seksama.
Kerajaan kedua yang telah menjalin hubungan dengan Cina adalah kerajaan Kan-to-li. Menurut sumber Cina, kerajaan Kan-to-li telah berkali-kali mengirim utusan mulai tahun 441 – 563 M. Menurut pendapat Mulyanan (1981), toponim Kan-to-li sama dengan Kuntala atau Tungkal. Jadi kerajaan Kan-to-li berada di pedalaman sungai Tungkal, Jambi. Negeri Kan-to-li telah tenggelam pada permulaaan abad ke-7 masehi.
Menurut catatan yang dibuat dalam pemerintahan kaisar Wu dari dinasti (wangsa) Liang (502-549), kerajaan Kandali mengirim utusannya ke Cina pada tahun 502, 519 dan 520. Dilaporkan juga bahwa kerajaan Kandali berada di laut selatan dan adat kebiasaan penduduknya seperti Kamboja dan Campa. Hasil buminya meliputi; bahan pakaian berbunga (tenun ikat), kapas, dan pinang bermutu tinggi.
Sejarah dinasti Ming (1268-1643) mengemukakan bawha San-fo-tsi dulu disebut Kandali. Jadi mungkin Kandali terletak di wilayah San-fos-tsi, atau Kandali menjadi jajahan San-fo-tsi dalam hal San-fo-tsi identik dengan Sriwijaya (Muliana 1981). Menurut catatan Cina kerajaan San-fo-tsi berada di Laut Selatan antara Kemboja (Chen-la) dan She-po (Jawa). Raja San-fo-tso bersemanyam di Chan-pei (Jambi).
Menurut Mulyana (1981), tuponim Kandali dan Kantoli yang berada di sekitar Jambi, mungkin berasal dari India Selatan. Kedua tuponim, yakni Kandali dan Kantoli, berasal dari transliterisasi Cina suatu tempat yang belum diketahui hingga sekarang, sepertinya Benggala – Benggali, Ghandara – Ghandari, Badara – Badari, Kuntala – Kuntali, Kantoli – Kandali. Lebih jauh dikemukakan bahwa gophala diucap ghopal, Sanjaya sebagai Sanjay, Sriwijaya sebagai Sriwijay. Kuntala sebagai Kuntal dan juga Tungkal. Di Sumatea Timur terdapat sungai Tungkal yang bagian hulunya bernama sungai Pengabuan dan hilirnya bernama sungai Tungkal yang bermuara di Kuala Tungkal. Dalam penjumlahan negara Laut Selatan yang mengirim utusan ke Cina, oleh I Tsing tidak disebut-sebut tentang kerajaan Kuntala (Kandali, Kantoli). Nasib negera ini selanjutnya juga tidak diketahui, mungkin dikuasai oleh Jambi. Yang jelas, pada abad ke-7, muncul dua kerajaan di pantai timur Sumatera yakni: Moloyu (Malayu, Jambi) dan Sriwijaya (Palembang). Dalam perkembangan selanjutnya antara sekitar 670-742 Masehi Shih-li-fo-shih dianggap sebagai Sriwijaya dan antara 853 – 1037 Masehi sebagai San-fo-tsi.
( di kutip dari wikipedia bebas )

Selasa, 20 Oktober 2015

KERAJAAN BATU PATAH - PAGARUYUNG

KERAJAAN BATU PATAH - PAGARUYUNG

setelah meninggalnya raja SRI MAHARAJA DIRAJA posisi raja di gantikan oleh adiknya SURI DIRAJA, setelah kepergian TUMENGGUNG dan PERPATIH ke KANDIS dan bergabung di kerajaan KOTO ALANG, anak dari SURI DIRAJA yang bernama SUTAN NUN ALAM hendak menyusulnya namun perahunya kandas di sebuah PULAU yang baru terlihat, lama ia berdiam di sana dan memutuskan bertapa disana. lambat laun pulau ini makin luas terlihat, mulailah ia mendirikan pondokan dan akhirnya ramai orang datang dan menetap di sana, setelah kembali ke pariangan mengabarkan dirinya tidak jadi menyusul saudara mereka ia minta ijin menetap di BATU PATAH tempat yang ia temukan.

lambat laun setelah air laut mulai menyusut ramailah orang berduyun duyun tinggal disana, karena ke arifan budi dan tinggi ilmu agamanya. kemudian ia mendirikan KERAJAAN BATU PATAH.


menurut catatan sejarah tertulis bahwa :
Kerajaan Bukit Batu Patah adalah kerajaan yang sudah ada di Minangkabau sebelum berdirinya Kerajaan Pagaruyung dan merupakan kelanjutan dari Kerajaan Pasumayan Koto Batu yang terletak di kabupaten Tanah Datar sekarang. Kerajaan Bukit Batu Patah didirikan oleh Sutan Nun Alam yang masih memiliki hubungan keluarga dengan Yang Dipertuan Kerajaan Bungo SetangkaiDatuk Bandaro Putiah.[1][2]
Pada masa kerajaan Bukit Batu Patah dibentuklah Rajo Nan Duo Selo dan Basa Ampek BalaiRajo Nan Duo Selo tersebut adalah Rajo Alam yang berkedudukan di Bukit Batu Patah dan Rajo Adat yang berkedudukan di Bungo Satangkai. Sedangkan Basa Ampek Balai adalah Bandaro yang berkedudukan di Sungai TarabMakhudum di Sumanik,Indomo di Sarauso, dan Tuan Gadang di Batipuh.
Kedudukan Sutan Nun Alam sebagai raja kemudian digantikan oleh Run Pitualo. Selanjutnya diganti lagi oleh Maharajo Indo. Semasa pemerintahannya pusat kerajaan Bukit Batu Patah dipindahkannya ke kaki Bukit Batu Patah atau di sekitar Nagari Pagaruyung sekarang. Pada masa pemerintahannya pula, agama Islam sudah masuk ke wilayah Minangkabau bagian Timur.[3]
Maharajo Indo kemudian digantikan oleh Yang Dipertuan Sati. Semasa pemerintahannya Rajo Nan Duo Selo dilengkapi dengan Rajo Ibadat menjadi Rajo Nan Tigo Selo.
dalam tambo minang, pada masa pemerintahan NUN ALAM / DANG TUANKU ia hijrah ke arah INDERA PURA untuk bertenang setelah berhasil mengawini PUTI BUNGSU, dan pemerintahan ia serahkan kepada adiknya dari pernikahan ayahnya dengan dayang istana yang bergelar CINDUA MATO / RUN PITUALO. 
SRI RAJA RUN PITUALO cukup lama memerintah sehingga anak dari DANG TUANKU cukup memerintah ia serahkan kembali pemerintahan raja kepada kemenakannya yang bergelar MAHARAJO INDO. 

KERAJAAN MALAYU - MO LO YEU

KERAJAAN PERSEKUTUAN MALAYU


Disaat DARATAN mulai tersintak NAIK dan LAUTAN tersintak TURUN, maka berkembanglah masyarakat baru di tanah sumatera daratan LUAS MEMBENTANG, gunung - gunung membentuk pulau - pulau baru, hutan yang rimbun gelap mulai di terokai... hewan hewan pun mulai menyebar turun dari gunung - gunung yang tinggi menuju lembah - lembah hijau,
beranak pinak berkembang biak, begitu juga dengan manusia yang kian hari kian banyak, hidup berkelompok dan berkoloni, melahirkan kerajaan - kerajaan baru.


rakyat yang berkelompok dan berbangsa bangsa itu hidup mendiami kawasan - kawasan yang subur makmur, mereka menyebar berdagang dengan perahu besar dan kapal - kapal mereka yang berlayar tinggi lebar. berpindah dari satu tempat ke tempat lain, malajukan kapal - kapal mereka mengarungi samudera luas, samudera tiada bertuan

tanah pusaka atlantis yang hilang telah menciptakan lautan biru luas membentang, pulau pulau pagar dari atlantis kembali muncul. dan di arungi oleh bangsa baru yang bernama MALADJU atau MALAJU yang kemudian kita sebut suku bangsa MALAYU.

MASA ITU ABAD KE 3 MASEHI. telah muncul dan berkembang beberapa kerajaan kuat dan kaya di tanah sumatera sebagai tanah pertama yang di jumpai oleh para penduduk atlantis yang menyelamatkan diri dari bencana ZAMAN ES, dan di teruskan dengan bencana BANJIR NABI NUH dimana ES ES yang menutupi permukaan bumi mulai mencair dan meleleh menjadikan volume air laut menjadi bertambah dan meluas menutupi banyak daratan, maka bangsa atlantis yang tersisa dari LETUSAN GUNUNG - GUNUNG PURBA yang dahsyat masa itu mengungsi ke daratan asia yang tinggi. dan setelah air laut mulai menyusut kembalilah mereka mengiringi raja - raja yang mereka ikuti.

KERAJAAN KANDIS adalah awal kembalinya penduduk atlantis dengan SRI MAHARJA DIRAJA dan anaknya yang kemudian ia nobatkan menjadi raja pertama di kandis bergelar SRI MAHARAJA  TUNGGAL membangun kembali ke jayaan atlantis, sementara ayahnya terus menuju selatan mencari istana nya yang dulu di tinggalkannya, namun rupanya air laut belumlah lagi surut betul. sehingga raja merapat di sebuah gunung berapi yang dulu bernama MAHAMERU kini MARAPI. mendirikan sebuah kerajaan bernama PASUMAYAM KOTO BATU yang kemudian berganti nama menjadi PARIANGAN.
SRI MAHARAJA DIRAJA yang berpermaisuri PUTI INDO JELITO melahirkan anak bernama DATUK TUMENGGUNG dan setelah sri maharaja diraja meninggal puti indo jelito di ambil isteri oleh patihnya yang ebrgelar CATERI BILANG PANDAI / CATI BILANG PANDAI dan melahirkan anak DATUK PERPATIH NAN SEBATANG dan adik adiknya.

maka lahirlah di sana kerajaan - kerajaan baru, seperti BUNGO SETANGKAI, DUSUN TUO

kemudian dari ADIK SRI MAHARAJA DIRAJA yang bergelar SURI DIRAJA anak beliau juga mendirikan kerajaan baru bernama KERAJAAN BATU PATAH, dengan gelar SUTAN NUN ALAM

kerajaan kerajaan baru yang muncul dan berkembang pesat hingga abad ke 3 masehi adalah daripada keturunan SRI MAHARAJA DI RAJA, SURI DIRAJA, CATI BILANG PANDAI dan keturunan dari TUMENGGUNG DAN PERPATIH

kerajaan KANDIS pun kemudian di kalahkan oleh kerajaan KWANTUNG / KAN TON, keturunan raja SRI MAHARAJA TUNGGAL yang menajadi bawahan KERAJAAN KWANTUNG kemudian mengganti nama kandis dengan MINANGA TAMWAN dan hijrah meninggalkan kandis mencari daerah baru yang lebih dekat dengan leluhur nya, 

dan kerajaan kandis kemudian di perintah raja baru ber agama budha yang kemudian memindahkan ibu kota kerajaan ke hilir kemudian lebih di kenal dengan kerajaan KUNTALA ATAU KANTOLI dimana lokasi nya di daerah KUALA TUNGKAL sekarang. 
sebabnya karena daratan sudah mulai meluas.

di sanalah mulai hidup berbagaai agama, ras dan suku bangsa, suku bangsa KUNTALA adalah percampuran bangsa melayu dan cina yang lebih kuat dalam agama budha dan hindu.
sementara kerajaan kerajaan dari dinasti sri maharaja diraja lebih banyak ber agama islam. dan kemudian membentuk persekutuan KERAJAAN MELAYU.

Sabtu, 17 Oktober 2015

PERIODE SEJARAH ALAM MINANGKABAU dan PERKEMBANGAN NUSANTARA

PERKEMBANGAN DAN PERIODE SEJARAH MINANGKABAU AWAL HINGGA KINI

1.    100 SM – 400 M, AWAL MULA SEJARAH MINANGKABAU
Periode kedatangan bangsa bangsa imigran utamanya dari Pesisir Persia Selatan (Gujarat), India Selatan (Langkapuri), India Barat Laut (Cambay-Malabar), Siam (Thailand) dan Champa (Kamboja). Hal ini dipicu dengan ditemukannya emas di Sumatera Tengah dan posisi strategis pantai barat Sumatera dalam Jalur Emas dan Jalur Sutera.
 

di tandai dengan kisah SRI MAHARAJA DIRAJA yang memiliki isteri selir dari beberapa daerah di asia, seperti :
a ) isterinya yang bergelar HARIMAU ( dari campa / campo ) nantinya di kenal sebagai SUKU SIKUMBANG. menjadi nenek moyang orang AGAM 
Keturunan Sri Maharaja Diraja dengan “Si Harimau Campa” yang bersumur ditumbuhi agam berangkat ke dataran tinggi yang kemudian bernama “Luhak Agam” (luhak = sumur). Disana mereka membuka tanah-tanah baru. Huma dan teruka-teruka baru dikerjakan dengan sekuat tenaga. Bandar-bandar untuk mengairi sawah-sawah dikerjakan dengan sebaik-baiknya.
( di sebut HARIMAU karena tingkah laku dan perangai dan ilmu silat yang di miliki  mirip harimau,  ) .  orang takut untuk melawan, bila memukul laksana guruh, cepat kaki bak petir - bila kena gunung, gunungpun runtuh - kena batu, batupun pecah - pandai menyambut dengan menangkap, pintar mengipas dan melepas - pandai bersilat serta berkiat, kalau melompat laksana kilat
 
b )  isterinya yang bergelar KUCING ( dari siam, khocin sekarang ) Keturunan “Kucing Siam” ke Candung-Lasi dan anak-anak raja beserta keturunannya dari si Anak Raja bermukim tetap di Luhak Tanah Datar. Lalu mulailah pembangunan semesta membabat hutan belukar, membuka tanah, mencencang melateh, meneruka, membuat ladang, mendirikan teratak, membangun dusun, koto dan kampung.
( di sebut KUCING karena perangai dan ilmunya mirip kucing )
Dikaji pula Kucing Siampandai menyuruk di ilalang sehelai - mengambil tidak kehilangan - sikap seperti Singa lelap, pandai menipu dengan menelikung, kalau melangkah tidak berdesir, melompat tidak berbunyi - konon lidahnya tidak berengsel, mulut manis bak tengguli - kalau menggaruk tidak berbekas, sudah pedih saja baru ketahuan.
c ) isterinya yang bergelar KAMBING HUTAN ( dari kambay india ) nantinya akan menjadi nenek moyang luhak 50 koto. di sebut demikian karena perangi dan ilmu silat yang di milikinya seperti kambing ) Kalau disebut Kambing Hutan, karena betanduk di kepala - kencang berlari di dalam rimba, tahu di padang nan berliku, tahu di tanjung yang berbelit, mengerti di lurah nan berbatu, paham di akar yang akan melilit - berbenak di empu kaki, beraja di hati, bersutan di mata, keras hati allahurabbi - kalau masalah berhitung letak di belakang.
d ) isterinya yang bergelar ANJING MUALIM ( dari cina, sebenarnya bernama An - Jian oleh perubahan waktu dan kebiasaan orang mendengar dan menyebutkan nama An - Jian berubah jadi anjing sementara MUALIM di ambil karena an jian semasa berlayar tugasnya sebagai mualim ( nakhoda kapal )  Begitu pula si Anjing Mualim parewa, preman yang datang dari Himalaya, mata merah bak saga, gigi tajam berbisa pula, nafas tahan, larinya kencang. Pandai mengintai di tempat terang, pandai bernafas di dalam bencah. Sebelum berhasil pantang menyerah, pandai menikam jejak tinggal, jejak ditikam mati juga - berhidung tajam bak sembilu - biar kampung sudah berpagar, dia sudah sampai di dalam.
SRI MAHARAJA DI RAJA selain di temani isteri selir dan permaisurinya juga di temani seorang cateri / kesatria di jaman alexander agung, yang terkenal sangat cerdik dan pandai. bernama CATI BILANG PANDAI  Adapun tentang cati bilang pandai : seorang sakti dan cerdik pandai, memiliki ilmu tiada tara, pandai bersilat dan bertutur kata.

2.    400 M – 1000 M, Periode kejayaan kerajaan-kerajaan India Selatan yang memicu migrasi gelombang kedua. Imigran kali ini datang dari India Timur seperti Tamil dan sekitarnya. Pantai barat Sumatera dikuasai kerajaan-kerajaan besar yang berpusat di India Timur.
perkembangan agama budha dan hindu
3.    1000 M – 1200 M, Periode Minangkabau Timur, konsensus dengan Kerajaan Melayu Tua Dharmasraya di hulu Batang Hari Jambi. Integrasi kebudayaan Melayu Jambi kedalam Minangkabau Kuno. Disini diprediksi sebagai awal dari Melayunisasi terhadap bahasa yang dipakai kaum Minangkabau awal yang sebenarnya adalah para imigran. Inilah cikal bakal Bahasa Minang klasik. Bahasa Melayu bangkit sebagai Lingua Franca perdagangan di Kepulauan Nusantara.
pada masa ini, kerajaan besar adalah KERAJAAN MALAYA PURA yang beribukotakan di DHARMASRAYA dengan dinastinya MAULI WARMADEWA, sementara di tanah jawa mulai lahir sebuah kerajaan besar bernama SINGHASARI
4.    1200 M – 1400 M, Periode Invasi Kebudayaan Jawa ditandai dengan Ekspedisi Pamalayu oleh Kerajaan Singasari. Serbuan-serbuan dilanjutkan oleh Majapahit kemudian. Sebagai akhir dari periode ini adalah berdirinya Kerajaan Pagaruyung dengan Adityawarman sebagai raja terbesar. Pada masa ini Kerajaan Pagaruyung Minangkabau menguasai Sumatera Tengah, Pantai Barat Sumatera Tengah dan Kawasan Hulu sungai-sungai besar yang mengalir ke Selat Malaka. Adityawarman berbapak bangsawan Singasari dan beribu bangsawan Dharmasraya. Periode Pagaruyung adalah periode multikulturalisme dengan 3 komponen utama yaitu Penduduk Minangkabau Awal (Imigran dari India Selatan, Persia, Siam dan Champa), Penduduk Dharmasraya dan Penguasa keturunan Jawa. Inilah cikal bakal masyarakat Minangkabau Modern. Pada masa ini Bahasa Minang masih belum resmi digunakan, terbukti dengan prasasti yang ditulis dalam 2 bahasa, yaitu Bahasa Sansekerta mewakili Dharmasraya dan Keturunan Jawa Singasari dan Bahasa India Selatan / Tamil mewakili bahasa yang digunakan para penduduk imigran.

5.    1400 M – 1600 M, Periode Kegelapan sejarah. Diawali dengan huru-hara antara pendukung Pemerintahan Nagari dan pihak Kerajaan Pagaruyung yang diakhiri dengan terbunuhnya sebagian besar pewaris Kerajaan Pagaruyung berdarah Jawa dalam pertempuran Saruaso. Periode ini juga merupakan awal dimulainya consensus finalisasi adat (undang-undang) Minangkabau dalam artian dianggap sudah sempurna dan tidak boleh diubah lagi. Periode ini juga diyakini sebagai awal mula konsensus penggunaan bahasa lisan dengan pelarangan pemakaian tulisan dan penghancuran prasasti-prasasti dan dokumen-dokumen lainnya. Tidak diketahui alasan dari konsensus ini. masa suram di minangkabau dan mulai lahir sebuah kerajaan islam besar di aceh karena mundurnya kerajaan malaya pura, KERAJAAN SAMODERA PASAI memimpin

6.    1600 M – 1800 M, Pantai Barat Minangkabau dianeksasi oleh Kerajaan Aceh Darussalam. Berkembang pengajaran Syiah secara meluas. Pada periode ini berkembang Bandar Pariaman sebagai kota pelabuhan pengekspor emas dari pedalaman Minangkabau. Seorang petualang Portugis dari Malaka juga sempat memasuki pedalaman Minangkabau dan menceritakan betapa kayanya penduduk pedalaman yang hidup bergelimang emas. Laporan ini juga mengabarkan bahwa teknik pertanian di pedalaman Minangkabau sudah sangat maju untuk ukuran zaman itu. Ini adalah satu-satunya laporan dari pedalaman Minangkabau untuk periode ini. Total dalam periode 1400 M – 1800 M, pedalaman Minangkabau berada dalam kegelapan sejarah.
perkembangan perniagaan di pantai barat sumatera
7.    1800 M – 1900 M, Periode Revolusi Agama dan awal persentuhan dengan kolonialisme Belanda. Diawali dengan kepulangan 3 orang haji dari Tanah Hejaz yang sedang bergolak menentang pemerintahan Turki Usmani. Salah seorang dari ketiga haji ini yang sempat belajar militer karena menjadi anggota Kavaleri Jatnisar Turki ini membawa pulang faham Wahabbi ke Minangkabau dengan tujuan melakukan pembersihan terhadap ajaran Syiah yang saat itu menjadi agama mayoritas penduduk. Revolusi berdarah ini berujung dengan ikut campurnya Belanda dalam Perang Paderi yang berakhir tahun 1825. Kaum Adat yang berpusat di Batipuh dan Tanah Datar terpaksa melibatkan Belanda karena 2 dari 3 wilayah inti Minangkabau yaitu Luhak Agam dan Luhak Limapuluh telah jatuh kedalam pemerintahan Kerajaan Islam Minangkabau yang berpusat di Bonjol. Huru-hara pasca Perang Paderi ini berakhir sekitar tahun 1900 ditandai dengan Perang Kamang atau Pemberontakan Belasting.

8.    8 ) 1900 M – 1950 M, Periode Reformasi Agama ditandai dengan kembalinya Haji Rasul murid Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi dari Mekkah. Berkembangnya mazhab Syafii di Minangkabau dan munculnya kaum intelektual didikan Belanda. Seterusnya terbentuknya organisasi-organisasi pergerakan berbasis agama seperti Muhammadiyah dan partai-partai politik. Periode ini adalah periode yang sangat dinamis diantaranya diwarnai oleh peristiwa-peristiwa seputar revolusi dan perang kemerdekaan, termasuk didalamnya Agresi Militer Belanda dan periode PDRI (Pemerintahan Darurat Republik Indonesia)

9.    1950 M – 1966 M, Periode Kekacauan Politik, diawali dengan ketegangan pusat dan daerah yang berpusat di Sumatera Tengah. Mencapai puncaknya pada peristiwa perang saudara PRRI yang meluluhlantakkan Ranah Minang secara fisik dan penduduknya secara mental. Antiklimaks periode ini adalah peristiwa G30S/PKI.

10. 1966 M – 1998 M, Orde Baru. Periode ini diingat sebagai periode pemaksaan kehendak penguasa terutama tentang penyeragaman sistem pemerintahan terendah di Indonesia dengan menerapkan sistem pemerintahan desa. Pada periode inilah Nagari sebagai sendi terpenting kebudayaan Minangkabau dihancurkan dan dikonversi menjadi kotak-kotak administrasi tanpa arti.

11. 1998 M – Sekarang, Reformasi. Revitalisasi dan Reinterpretasi kebudayaan menjadi topik yang hangat dibicarakan. Nagari kembali dihidupkan namun kali ini dengan Trias Politica sebagai nyawanya. Keterwakilan Anak Nagari dalam Parlemen Nagari merupakan eksperimen baru yang sedang diujicobakan. Diluar itu gerakan pemuda dan kaum intelektual kampus yang membawa paham Ikhwanul Muslimin lewat PKS mulai memberi warna baru dalam masyarakat yang secara tradisional adalah warga Muhammadiyah. Penerapan perda-perda syariat dijadikan aksi massal sebagai penterjemahan reformasi ala Minangkabau. Sementara itu pemuda-pemudanya semakin lupa dan asing dengan akar sejarahnya.